Drian
mengelilingi motor Manda yang terparkir dengan cantik di depan rumahnya. Tidak
salah lagi, ini motor memang punya juara tiga kelasnya Zaki. Saat Drian masuk
ke dalam rumah, ia menemukan Rhea dan Manda yang sibuk dengan donat yang sedang
diberi toping. Jika Drian tidak salah, mungkin mereka berdua sudah cukup lama
menghabiskan waktu berdua sampai sempat membuat donat kesukaannya Manda.
“Eh sudah
pulang,” goda Rhea pada Drian yang berdiri canggung di ambang pintu.
“Langsung mandi
biar bisa cepat makan sama kita.”
“Sama.. kita?”
ulang Drian ragu.
“Iya, sama
Manda. Makanya jangan lama-lama,” ucap Rhea memberikan apa yang Drian inginkan.
Dan Rhea tidak bisa berhenti menganggap reaksi yang Drian tunjukkan saat ini menggemaskan.
Sedangkan di
sisi lain, Drian tidak mengerti kenapa Manda bisa ada di rumahnya. Tentu saja
hal ini ada hubungannya dengan bekal pagi ini. Tapi kenapa? Kenapa bekal bisa
membuat Manda berubah pikiran dan tidak dengannya? Atau karena bekal itu dari
Rhea? Nah.. “Rhea,” ucap Drian sebelum membuka atasan seragamnya dan melempar
asal ke atas ranjang.
“Kalau tau
Manda bertekuk lututnya sama Rhea, dari kemaren-kemaren kali gue minta Rhea
ngomong sama dia,” ucapnya sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.
Dan mandi sudah
pasti tidak akan berlangsung dalam waktu lama karena ada tamu yang tidak
diundang di rumahnya. Tamu yang meskipun tidak diundang, tapi keberadaannya
sangat Drian sukai. Beberapa menit kemudian Drian sudah duduk di meja makan
tepat di depan Manda sehingga ia bisa menatap juara tiga kelasnya Zaki dengan
leluasa. Apakah kamu bertanya-tanya kenapa ia terus menyebut Manda dengan juara
tiga kelasnya Zaki? Karena cowok ini enggan menyebut Manda sebagai mantannya.
Alih-alih mantan, posisi juara tiga yang selalu Manda raih lebih membanggakan
bagi Drian.
“Kak, adek
Kakak nih..” ucap Manda kesal karena ditatap dengan kedua mata dibuat menyipit
seperti itu. Drian pasti sedang berpikir macam-macam. Semacam-macam Manda yang
datang kemari karena ingin bertemu dengan cowok ini. Benar sih, tapi keinginan
tersebut tidak terlalu dominan. Dan tatapan Drian saat ini membuat keadaan
terlihat seperti kebalikannya.
“Makan!” ucap
Rhea sembari meletakkan piring berisi nasi hangat di depan Drian dengan agak
kasar. ‘Lebay banget sumpah,’ bisik Rhea pada dirinya sendiri. Seakan
lupa bahwa dirinya dulu lebih parah. Rhea selalu nyengir seperti orang bodoh di
depan Drian padahal aslinya sudah bodooh.
Selanjutnya
Rhea juga mengambilkan nasi untuk tamunya. Jika Manda tidak datang khusus untuk
dirinya, Rhea bersumpah ia tidak akan melakukan hal ini. “Nah, semua perhatian
dialihkan ke aku,” ucapnya membuat pengumuman. Setelah mendapatkan apa yang
diinginkannya, Rhea mulai mengatakan apa yang sebenarnya paling ia inginkan.
“Manda udah tau
kalo kejadian hari itu salah paham. Bahwa Drian cuma adik keras kepala yang
susah banget dimintain tolong,” ucapnya sambil melirik Drian dengan tatapan
malasnya. “Jadi, karena salah pahamnya sudah diluruskan, kalian sudah boleh
pacaran lagi.”
Dan Rhea
benar-benar merasa tersinggung dengan tatapan yang sepasang remaja itu berikan
padanya padahal ia hanya ingin menyelamatkan keduanya. Atau mungkin
menyelamatkan Drian dari kehancuran dirinya sendiri.
~o~
“Rhea,” ucap
Drian dengan kedua tangan meremas troli dengan geram. Ia tau bahwa dirinya
harus maklum jika beberapa pria menganggap Rhea adalah adalah gadis yang boleh
didekati. Pertama karena tidak ada cincin melingkar di jarinya dan kedua tentu
saja penampilan Rhea lebih seperti bocah baru beranjak remaja alih-alih ibu
satu anak meskipun ibu-ibu satu anak itu sedang menggendong putrinya sendiri.
Tapi melihat Rhea selalu memberikan tanggapan benar-benar membuatnya kesal.
Belum lagi penampilannya yang terlihat seperti artis. Sudah barang pasti semua
mata teralih padanya. Dan bagaimana Drian tidak menyebutnya terlihat seperti
artis kalau rambut Rhea tidak diwarnai dengan warna pink pastel ombre?
Rhea tersenyum
lebar pada remaja yang menghampirinya sebelum mendekati Om Drian yang tampak sudah
siap mengomel. Rhea memastikan Ale yang tidur dengan kepala terkulai di bahu
kanannya itu berjalan dengan tenang meskipun tatapan Om Drian berarti ‘Cepat
kemari!’.
“Masih lama ga,
Om?” tanya gadis itu ketika berdiri di depan Drian. Tentu saja masih lama.
Salah siapa yang mudah teralihkan perhatiannya sejak tadi? Drian sibuk memilih
keperluan rumah eh Rhea selalu membuatnya mengulur waktu. Sempat-sempat pula
Rhea Davina Russel nyasar karena melihat bocah yang makan jajanan seafood khas
mall ini. Kurang lebih tiga puluh menit sebelum Alesha tertidur, keduanya malah
berdiri di balik kaca KFC, menonton orang-orang makan. Kaya ga pernah dibelikan
gitu loh. Gimana Drian tidak naik darah? Belum lagi tatapan orang-orang pada
Rhea dan Ale, terlihat seperti anak dan istinya Adrian Russel adalah pengemis.
Sebenarnya Rhea
dan Ale bisa terus bersamanya jika saja Drian memegangi Rhea. Meskipun begitu
Drian merasa adalah hal yang salah untuk menempatkan jemari Rhea di antara
jemarinya. “Masih lama. Kamu pikir aku biasa beli-beli semua ini? Sekarang
kamu-” Drian berniat menyuruh Rhea untuk mengambil stroller Ale di dalam mobil
ketika seseorang menginterupsi. Sekarang Drian tau bahwa adalah hal yang salah
membawa Rhea keluar rumah.
“Maaf
sebelumnya, adik Anda tertarik ga jadi K-pop idol?” tanya seorang wanita
dengan binar pada matanya menatap penampilan Rhea dari atas sampai ke bawah.
“Maaf
sebelumnya karena saya sedikitpun tidak tertarik jika istri saya jadi tontonan
seluruh umat!”
“Oh, Maaf, saya
kira adiknya. Permisi,” ucap orang tersebut berlalu. Meninggalkan Rhea dengan
tatapan protes.
Rhea
memindahkan kepala Ale dari bahu kanannya yang mulai kebas ke bahu kiri. “Ih,
aku mau tau. Kalo aku jadi artis K-pop aku bisa ketemu cowok pujaanku,” ucap
Rhea yang belakangan memang selalu menonton drama korea. Rhea kecanduan dengan
segala hal yang ada di zaman ini, yang tidak bisa ia temukan di zamannya. Drian
bahkan harus mengisi saldo Go-pay nya sekali dua hari karena Rhea terus saja
jajan. Dan tolong jangan lupakan darimana remaja satu ini bisa mendapatkan
kostum-kostum anehnya itu. Tidak terhitung berapa kali Drian menerima paket COD
milik Rhea.
Rhea memberikan
Ale pada Om Drian agar ia bisa mengambil stroller dari mobil yang ada di
parkiran. Tapi ketika ia kembali, Om Drian sedang bersama dengan perempuan yang
melihatnya, melihat Om Drian maksudnya, seperti Rhea menatap Lee Jong Suk dari
balik layar TV. Berbinar gitu matanya ngeliat Om Drian. Padahal Om itu
kalah jauh dari Lee Jong Suk. “Gimana sih?” ucap Rhea yang tidak suka
melihatnya.
Bukan. Ini bukan
seperti yang kamu pikirkan. Rhea tidak suka tatapan yang harusnya
dipersembahkan pada Lee Jong Suk malah diberikan percuma pada Om Drian,
Om-Om beranak satu.
“Siapa nih?”
Pertanyaan dengan nada ketus itu membuat Drian gelagapan. Seolah kembali
tertangkap basah dengan Manda.
“In- ini-” Ini
Manda, Drian hampir mengenalkan Manda pada Rhea. Tapi kalau Drian berkata, ‘Ini,
‘kan, Manda, Rhe,’ tetap saja terdengar aneh. Bagaimana mungkin istrinya
lupa dengan perempuan yang pernah ia pergoki dipeluk suaminya sendiri?
Makanya Drian
yang sejak awal mendapati Rhea yang satu ini dalam hidupnya, Rhea perawan
maksudnya, langsung menyematkan jemarinya di antara jemari Rhea dan membawa
istri kecilnya itu menjauh. “Duluan, Mand,” begitu ucapnya. Mengabaikan tatapan
sedihnya Manda. Padahal saat melihat Manda beberapa saat yang lalu, ada banyak
hal yang ingin pria itu tanyakan mengenai keadaan wanita itu.
“Belanjaan sama
stroller Ale mau ditinggal aja?” tanya Rhea sambil melirik pada benda yang
susah payah ia ambil dan belanjaan yang katanya susah payah Om Drian pilih.
“Oh, iya, ya.”
Rhea menyatukan
kedua alisnya sambil menengadah melirik Om Drian yang lebih tinggi darinya. Ada
apa dengan Om ini? Begitu pikir Rhea dalam hati.
“Cewek tadi
masih ada di sana?”
Melirik ke
belakang, Rhea tidak lagi menemukan cewek yang Om tanyakan. Rhea tidak mengerti
apa yang terjadi tapi ketika Om Drian memintanya untuk membawa Ale ke tempat
dimana ia ingin jajan, Rhea tidak ingin membantah. Ia bisa memesan apa pun
selagi Om Drian membayar belanjaan mereka.
~o~
“Hihihi,
besok-besok ajak lagi ya, Om,” ucap Rhea yang lebih dulu memasuki apartemen
dengan Ale yang sudah bangun berada di gendongannya sedangkan Om Drian
dibelakang sana kerepotan dengan semua belanjaan mereka juga barang-barang dan
makanan-makanannya Rhea. Untuk urusan menggendong Ale, kamu tidak perlu lagi
meragukan kemampuan Rhea. Remaja satu ini bahkan merasa seperti seorang
pengasuh bersertifikat saking handalnya ia membantu Om Drian mengurusi Alesha.
Begitu
menurunkan Ale di depan tivi, Rhea berlari mendekati Om Drian yang menaruh
semua belanjaan di atas meja makan. Pria itu terlihat kaget saat Rhea tiba-tiba
berada di dekatnya. Seolah pikirannya tidak sedang bersama tubuh pria itu.
“Ale boleh
makan ini ga, ya?” tanya Rhea.
“Kamu aja yang
makan,” ucap Drian dan remaja itu kembali berlari mendekati Ale. Rhea memang
sudah tidak punya alasan untuk tidak berdekatan dengan Alesha lagi. Pertama
karena dia sudah tidak canggung dan yang paling penting adalah bahwa putri
kesayangan Adrian Russel tidak pernah mengganggunya.
Sementara Sian
dan Giam yang tidak pernah meninggalkan Drian dan Rhea sejak keadaan menjadi
kacau ikutan memperhatikan raut tegangnya Drian. Jujur saja Sian bersyukur
karena Drian punya inisiatif untuk membawa Rhea menjauh dari orang yang
mengenalnya. Karena kalau tidak, ia harus memohon pada Giam untuk memanipulasi
pandangan wanita tadi seperti yang Giam sudah lakukan pada Bapaknya Rhea dan
juga Papa mertuanya Rhea.
Saat Drian
membuka kulkas, Sian dan Giam disuguhi dengan pemandangan susu kotak rasa stawberry
yang berjejer rapi. Sudah seperti kantin pokoknya kulkas Drian. Kantin khusus
Rhea Davina aja tapinya. Karena semua yang ada di dalam kulkas adalah makanan
atau minuman kesukaan Rhea. Sekali lagi, Drian kembali kaget saat Rhea
lagi-lagi sudah berada di dekatnya hanya untuk menyambar satu kotak susu
favoritnya sebelum kembali pada Ale.
Belum sempat
Drian memasukkan bahan makanan yang harus disimpan di dalam kulkas, bell
apartemen kembali berbunyi. Dan Rhea kembali muncul. “Paket, Om,” ujarnya
cengengesan. Tidak seperti biasa dimana Drian merasa perlu untuk mengomel, kali
ini pria itu dengan diam mendekati pintu untuk membayarkan paketnya Rhea.
“Kali ini apa
Rhe?” tanya Drian mengulurkan paket tersebut kepada Rhea.
“Baju.”
“Kurang banget
ya baju kamu, Rhe?” yang hanya dibalas dengan cengiran lebar Rhea.
~o~
Drian sudah
menahan dirinya sejak tadi siang. Tapi hal tersebut membuat matanya tidak bisa
dipejamkan. Pria itu bangkit dari sofa kemudian mengetuk pintu kamar Rhea. Iya,
pintu kamar Rhea karena memang hanya gadis itu yang menempati kamar sejak
beberapa bulan belakangan.
Drian tau Rhea
belum tidur. Rhea punya kebiasaan menonton video-video tik-tok sampai pukul
tiga pagi. Yang tentu saja tidak ada yang bisa melarangnya karena dia beralasan
tidak perlu bangun pagi untuk sekolah.
Berbeda dengan
saat terakhir di mana Rhea bahkan menggeser meja rias untuk menghalangi pintu
sehingga tidak ada yang bisa membukanya dari luar, sekarang dia bahkan sudah
tidak menguncinya lagi. Sudah terlalu percaya bahwa Om Drian tidak akan
macam-macam padanya. Juga karena trauma, beberapa minggu yang lalu sempat
terjadi gempa dengan kekuatan sedang di kota tersebut dan Rhea panik bahkan
tidak bisa memasukkan kunci ke dalam celah yang ada di pintu. Membuat Drian
semakin panik karena istri perawannya tidak bisa dievakuasi sementara semua
orang mulai berkumpul ke rooftop.
“’Kan ga
dikunci, Om,” ucap Rhea yang muncul dari balik pintu.
“Tau. Ini
namanya sopan santun. Masa masuk kamar anak gadis ga ada aba-aba.”
“Om mau apa?
Mau minta lotion atau mau pake masker korea aku?”
“Kamu belum
ngantuk, ‘kan, Rhe? Bisa bicara serius sebentar?”
“Soal apa? Soal
aku disuruh les yang kata Om Zaki bulan lalu?” tapi Rhea tidak mendapat sahutan
karena Om Drian berbalik. Menuntunnya menuju meja makan. Rhea duduk di atas
meja makan. Bukan di kursi tapi di meja makan. Sementara itu selagi ia memanjat
meja makan, ternyata Om Drian membuka kulkas. Begitu Rhea sudah duduk dengan
nyaman di atas meja, Om Drian mengulurkan sekotak susu lagi padanya.
“Soal Manda.”
“Manda siapa?”
tanya Rhea tanpa melepaskan sedotan susu dari mulutnya.
“Cewek yang
kita temui tadi siang,” ucap Drian yang menumpukan sebelah tangannya beberapa
senti meter dari tempat Rhea duduk.
.png)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar