Rhea tidak tau
sama sekali apa yang membuatnya harus bicara dengan Om Drian selarut ini. Siapa
Manda dan sepenting apa wanita itu. Begitu Om Drian mulai bicara, Rhea menjadi
terlalu mengerti.
Remaja satu itu
berada pada titik tidak peduli pada Om Drian dan hubungannya dengan Manda
karena itu bukan urusannya sekalipun beliau mengatakan bahwa Rhea adalah
istrinya. Kenapa? Karena Rhea mengetahui bahwa dirinya bukan istri siapa-siapa
dan tidak pernah dinikahi oleh siapapun sampai detik ini. Karena Rhea tidak
pernah kehilangan akalnya walau sesaat sampai tidak menyadari apa yang terjadi
pada hidupnya. Kecuali fakta bahwa dirinya benar-benar terlempar ke masa depan.
Namun tubuhnya masih sama bukan? Masih tubuh seorang siswi SMA, bukan tubuh
istri seorang pria. Tapi ketika Om Drian mencoba memberikan pembelaan diri,
lalu menyebutkan bahwa Manda adalah pacar pertamanya dan begitupun sebaliknya,
Om Drian adalah pacar pertama Manda. Bahwa Manda adalah satu-satunya yang Om
Drian janjikan selamanya kepadanya. Ditambah lagi rincian lengkap
mengenai apa yang sedang dihadapi Manda dan Om Drian yang tiba-tiba menambahkan
Rhea ke dalam cerita tersebut, sekali lagi Rhea tegaskan bahwa dirinya
mengerti. Dan Rhea menjadi tidak bisa untuk tidak peduli.
Om Zaki, Om
Drian dan Manda adalah tiga orang yang teman lama yang hubungan ketiganya
menjadi renggang karena dua orang yang awalnya menjalin hubungan sebagai
sepasang kekasih berakhir tidak menyenangkan. Disinilah peran Rhea. Dirinya lah
yang ternyata menciptakan akhir tidak menyenangkan untuk Manda dan Om Drian. Kemudian
Om Drian meminta Rhea untuk mencoba mengerti karena selamanya justru
diberikan Om Drian padanya.
“Om nikahin
aja.”
“Hah?!”
Acuh tak acuh
Rhea mengedikkan bahunya. “Iya, nikahin aja. Istri Om udah ga ada di dunia ini
dan mantan pacar Om terancam mau dipotong dan dibuang dadaanya. Kelihatannya Om
ga terlalu peduli apa perempuan punya dadaa atau engga, ‘kan? Om sendiri yang
bilang mantan pacar Om lagi sakit keras. Dan yang paling penting Om bisa
memperbaiki hubungan kalian.”
“Rhea, kamu
benar-benar terdengar seperti istriku yang sedang cemburu.”
“Ih,
amit-amit,” ucap Rhea kemudian membawa kepalan tangannya ke jidat untuk
kemudian dipukulkan ke permukaan meja. Remaja itu mengulangi gerakan tersebut
beberapa kali sebelum melompat turun dari meja dan mengabaikan Om Drian begitu
saja.
“Nikah aja
lagi.. kalau misalkan Ale punya adik, dia bisa minum susuu formula. Tuh liat
Ale, masih idup aja, ‘kan, dia meskipun tanpa ASI dari Mamanya yang udah hilang
ditelan bumi?”
“Rhea!” ucap
Drian menahan geramannya. Pria itu benar-benar merasa emosi karena melihat
seberapa tidak pedulinya sang istri. Bukan pada kondisi kesehatan Manda tapi
pada Drian sendiri. Ini barusan Drian disuruh nikah loh, sama istrinya sendiri.
Seolah-olah Drian bukan orang penting dalam hidupnya.
“Pikirin aja
matang-matang, Om. Bukannya tadi Om juga ngaku kalo Om sadar dengan semua yang
udah atau pun hampir Om lakuin? Oh iya, dua bulan lagi BTS konser. Aku mau
nonton konser, pliss..” Rhea yang sudah berjalan cukup jauh meninggalkan
Om Drian berbalik kemudian menyatukan kedua tangan di depan dada. Memohon agar
Om Drian mengizinkan dan membelikannya tiket konser BTS.
Sedangkan
Drian, meskipun tidak puas dengan reaksi Rhea. Tapi setidaknya dia lega karena
sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi meski pria itu lebih berharap
istrinya lah yang ada disini bersamanya dan mendengarkan semua hal yang telah
ia katakan pada Rhea versi remaja.
~o~
Om Drian sudah
tidur ketika Rhea keluar dari apartemen dengan tas selempang yang biasanya
digunakan untuk membawa pakaian Ale. Ukuran tas tersebut tidak besar sehingga
Rhea tidak bisa membawa banyak pakaian. Tapi remaja itu memastikan membawa baju
yang baru sampai sore tadi bersamanya.
Rhea tidak bisa
tinggal lebih lama dengan Om Drian. Bukan karena dirinya cemburu seperti kata
pria itu beberapa jam yang lalu tapi karena Rhea tidak suka dengan perkataan Om
Drian tentang selamanya yang diberikan pada Rhea padahal dijanjikan pada
Manda. Membuatnya terdengar seperti pencuri. Bagaimanapun ia mencoba
memahaminya, Rhea tetap tidak bisa mengerti kenapa Om Drian menempatkan Rhea
sedemikian rupa dalam kisahnya dan Manda. Dirinya mengejar-ngejar Om Drian
meskipun Rhea tau bahwa Om Drian punya pacar? Tidak kah hal ini terdengar
gilaa? Atau mungkin di masa depan nanti, Rhea memang kehilangan akalnya. Namun
alih-alih gilaa, Rhea justru merasa seolah-olah Rhea yang Om Drian ceritakan
adalah Rhea yang sama sekali berbeda dengan dirinya. Seperti dua individu
terpisah dan hanya berbagi nama dan rupa yang sama.
Terlepas dari
benar atau tidaknya semua yang Om Drian ceritakan, sekarang Rhea akan kembali
pada Bapaknya. Setidaknya sampai semuanya normal, sampai Rhea kembali ke masa
lalu yang sialnya gadis tersebut tidak bisa memastikan kapan. Rhea akan tinggal
bersama Bapak dan memperbaiki keadaan dengan memberikan Manda dan Om Drian
kesempatan untuk bersama.
“Lebih baik
Manda yang jadi istri Om Drian.” Rhea menatap pantulan wajahnya di dinding
lift. “Masa depan terlalu menyenangkan untuk dilewatkan dan terkurung di dalam
apartemen Om Drian sambil mengasuh Ale,” ucapnya yang tidak bisa berhenti
mengagumi betapa indah warna rambutnya saat ini. Benar-benar sudah cocok sekali
jadi pacarnya Kim Tae Hyung. Oh Rhea punya begitu banyak bias sehingga dia
ingin menjadi istri semua cowok tampan Korea Selatan itu. Yang aktor dan idol
aja tapinya.
“Tapi kasian
Rhea ya..” ucapnya seolah Rhea adalah perempuan sebelah rumah yang diselingkuhi
suami cuma gara-gara wanita itu kurang perhatian pada Papa dari putrinya.
“Kalau suami-suami di dunia ini modelan Om Drian semua, wanita-wanita yang
punya anak bayi alamat jadi janda semua. Serem banget dunia rumah tangga.”
Waktu sudah
menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit ketika Rhea berada di luar gedung
apartemen. Keadaan sudah mulai terang dan langit mulai menunjukkan tanda-tanda
bahwa tidak lama lagi matahari akan terbit. Rhea tidak menunggu lama untuk
mendapatkan ojek online. Terima kasih pada Bapak Ojol yang serajin ini mencari
nafkah untuk keluarga dan terima kasih pada Rhea yang tidak serta merta menghabiskan
saldo Gopay nya sehingga bisa untuk membayar ojek online.
Yang gadis itu
sesali adalah bagaimana ia lupa membawa jaket. Rhea lupa kalau ia kabur di pagi
hari yang tentu saja udaranya dingin. Namun begitu pemandangan matahari terbit
membuat perjalanan ke rumah Bapak terasa tidak terlalu membosankan meskipun
Rhea harus memeluk dirinya sendiri untuk mengusir dingin. Dan yang paling
penting, pengalaman naik ojek online pertamanya terasa tidak terlalu buruk.
~o~
“Sendirian aja
nih, boleh ga digodain?” ucap Rhea yang menyamakan langkahnya dengan Bapak.
Bapak memang hobi sekali jalan pagi dan Rhea tentu tidak akan melupakan hal
itu.
“Ya Tuhan, Nak.
Kamu ngapain pagi-pagi ngagetin Bapak?”
“Kangen Bapak,”
ucapnya dan kemudian Rhea tidak lagi mengeluarkan sepatah kata pun. Namun ia
memastikan Bapak melihat senyum lebarnya.
Andai Rhea tau
bahwa seseorang setengah mati ingin melihatnya tersenyum seperti sekarang.
Melihatnya dalam kondisi baik-baik saja dan mengatakan dua kata tersebut.
Sayang sekali yang bisa orang itu lakukan hanya duduk di ranjang Rhea dan
mengatakan pada dirinya sendiri bahwa
dimanapun putrinya berada, dia sedang baik-baik saja.
Jalan pagi
selesai meskipun Rhea harus bolak balik. Remaja tersebut berlari menyusuri
jalan taman dan ketika menyadari Bapak tertinggal jauh, Rhea kembali ke
belakang, menyamakan langkahnya dengan beliau. Sebelum pulang, Rhea mengajak
Bapaknya untuk makan bubur ayam terlebih dahulu. Rhea remaja begitu menyukai
aktivitas mereka pagi ini. Ia baru menyadari begitu banyak hal yang bisa ia dan
Bapak lakukan yang selama ini terhalang karena Rhea harus sekolah. Untung
sekarang Rhea tidak harus sekolah.
Sayang sekali
keceriaan tersebut hanya berlangsung beberapa saat. Karena begitu memasuki
rumah yang terasa begitu dingin, begitu kosong, Rhea harus menerima kenyataan
bahwa tidak ada lagi Ibuk dan Tante di dunia ini. Untuk meredakan detak tidak
mengenakkan di dadanya, Rhea terus menekankan pada dirinya bahwa ia akan
bertemu dengan Ibuk dan Tante lagi. Dia tidak akan berada di sini selamanya.
Semuanya akan segera kembali seperti semula. Rhea yang harus menjalani
rutinitas bangun pagi untuk sekolah, Rhea yang berkumpul dengan Bapak, Ibuk dan
Tante dan dia juga akan membuktikan pada Om Drian bahwa dirinya bukan tipe yang
mengejar-ngejar seorang cowok tanpa rasa malu.
“Aku pengen
pulang secepatnya,” ucap Rhea menatap foto keluarganya. Di foto itu ada dirinya
dan semua anggota keluarga. Meskipun foto tersebut terlihat diambil di umur
Rhea yang sekarang tapi remaja itu tidak ingat kapan tepatnya mereka mengambil
foto keluarga tersebut. Apa aku lupa, ya? tanya nya dalam hati. Atau
mungkin foto ini belum bisa diambil karena aku terlanjut ada disini, tambahnya.
“Baru ketemu
Bapak beberapa menit udah pengen pulang? Sudah minta jemput suamimu?”
“Ih aku ga mau
pulang kesana. Maksudku..” Rhea menggantung kalimatnya karena menyadari apa
yang selanjutnya akan keluar dari mulutnya pasti terdengar gila. “Aku mau
tinggal sama Bapak mulai sekarang.”
Dan Rhea tau
bahwa dirinya dalam masalah karena Bapak yang awalnya sama-sama melihat foto
keluarga menjadi menghadap padanya dengan kedua tangan dilipat di dada. “Kamu
bertengkar sama menantu Bapak?”
“Menantu
Bapak?” Rhea tidak suka mendengarnya. Menantu Bapak, dua kata itu seharusnya
tidak ditujukan pada Drian. Setidaknya biarkan Rhea menjalani hidupnya sendiri,
mengenal seorang pria yang kemudian bisa menjadi pacarnya untuk kemudian
menjadi menantu Bapak. Hidupnya masih panjang dan Rhea bahkan masih berumur
belasan tahun. Jangan diburu dong, paham ga sih? Ini mentok-mentok Rhea tidak
punya pilihan lain selain Adrian Russel.
“Atau kamu
lebih suka sebutannya ‘suami kamu’ alih-alih ‘menantu Bapak’?” kekeh Dito. “Dan
yang paling bikin Bapak penasaran adalah kenapa kamu masih belum ngasih tau
Bapak kalo Bapak bakal dapat cucu kedua? Ya, meskipun Bapak udah tau sih. Tapi
Bapak butuh berita resminya.”
Rhea melotot.
Tidak pernah dalam sejarah hidupnya ia melotot pada Bapak tapi Bapak
kesayangannya yang menginginkan Rhea hamil anaknya Om Drian adalah hal paling
horor yang pernah ada. Remaja itu sudah menganga, berniat memberikan
klarifikasi bahwa ia tidak hamil dan tidak akan pernah hamil anaknya Om Drian
meskipun satu dunia mengatakan bahwa Alesha adalah anak yang lahir dari
perutnya, tapi tidak jadi. Karena dimata Bapak Rhea adalah anak perempuan
beliau yang menikah dengan Adrian Russel. Pria yang dengan bangga beliau
panggil menantunya.
“Bapak ga jelas
banget ih, geli tau Pak dengar Bapak ngomong begini. Bukannya kemaren Bapak mau
aku pulang dan tinggal sama Bapak? Nah, sekarang Bapak tinggal minta Om-
maksudku Drian buat anterin Ale ke rumah kita. Main deh tuh Bapak sampe puas
sama Ale.”
“Itu, ‘kan,
gertakan aja.” Dito menggertak menantunya agar Ayah dari cucunya itu tidak
berani membuat Rhea sedih. “Pulang, Rhe. Kalau dulu Kakek kamu masih hidup dan beliau
minta kamu sama Ibu untuk dipulangkan ke rumahnya, Bapak ga akan mau. Anak dan
istri Bapak ya harus selalu sama Bapak. Begitu juga dengan Drian.”
Rhea tidak
menyahut karena baginya pembicaraan tersebut cukup dan berakhir sampai di sana.
Ia sedang menonton acara V LIVE nya Suga ketika Om Drian dengan Ale yang
berada di gendongannya masuk ke dalam kamar Rhea di rumah Bapak. Membuat Rhea
yang sedang tiduran langsung bangkit dan menyatukan kedua tangan di belakang
tubuhnya. Posisi istirahat ditempat dengan kepala menunduk seperti hal yang
selalu dilakukan Rhea ketika Guru di sekolah siap memarahinya karena datang
terlambat atau ketiduran ditengah-tengah pelajaran.
“Sial!” bisik
Rhea pada dirinya sendiri.
.png)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar