Chapter 7
Hari
berlalu dengan tempo yang cukup cepat bagi siswa dan siswi Bina Bangsa.
Begitupun dengan Wyne Amelia. Belakangan, ia cukup pemilih dengan bacaan yang
ia baca. Cewek itu mulai jenuh, ia bahkan bisa mengetahui jalan cerita suatu
novel yang baru ia baca setelah melewati beberapa bab pertama. Novel-novel itu
tidak lagi bisa membuatnya duduk seharian dengan berpura-pura mendengarkan
pelajaran atau terjaga semalaman dengan lampu kamar dalam keadaan padam.
Laporan June tentang Shakka dan Bella justru lebih menarik baginya.
Buku
seribu satu hal tentang Shakka miliknya terbuka. Di samping buku tersebut
laptop tua milik almarhum Papanya menyala. Menunjukkan
Microsoft Word 2007 yang halamannya masih kosong. Dari beberapa menit yang lalu
ia sudah mencoba mengetikkan sesuatu tapi setelah satu paragraf jadi, gadis
yang mengenakan kaos milik Abangnya itu kembali menghapusnya. Berapa kali pun
ia mencoba, dengan gaya apapun ia memulai ceritanya, Wyne tetap saja merasa ada
yang tidak benar.
Hampir
setengah jam ia habiskan dengan memelototi kursor yang berkedip-kedip. Matanya
terarah pada layar laptop tapi pikirannya menerawang pada kejadian siang tadi
di mana tanpa sengaja ia berpapasan dengan Shakka. Shakka sudah memenuhi satu
hal yang Wyne inginkan. Cowok itu tidak peduli pada lingkungannya. Wyne memberi
contreng pada karakter tokoh utama yang ia inginkan. Dia tampan. Wyne mencibir
tapi kemudian mengangguk setuju. Shakka adalah yang paling tampan di Bina
Bangsa. Dia kaya. Tidak diragukan lagi, dari hasil pengintaian June diketahui
bahwa Shakka adalah anak sulung dari dua bersaudara dan sudah barang pasti dia
lah yang akan mewarisi kekayaan orang tuanya. Shakka Orlando Padmaja adalah
calon CEO muda yang akan digilai para wanita. Meskipun tidak di dunia nyata,
setidaknya di dunia yang Wyne kendalikan sepenuhnya. Wyne kemudian membuat
lingkaran di sekitar poin yang seharusnya ada pada Shakka tapi tidak ia dan
June temukan. Shakka Orlando Padmaja boleh saja tidak peduli pada
apapun di dunia ini tapi setidaknya ada satu cewek saja yang bisa mencuri
perhatiannya, bukan? Wyne butuh
cewek itu untuk mengalihkan dunia Shakka.
“Lo
ga pernah bilang Shakka selalu pakai headphone,” ucap Wyne pada June yang sibuk
dengan catatan sejarahnya. “Gue butuh deskripsi gimana Shakka berpakaian, apa
yang selalu dia bawa, warna apa yang cenderung selalu menempel pada tubuhnya
dan yang paling penting-”
“-Wyn!
Gue cuma ngintai Shakka di BB, ingat? Dan ciri-ciri yang paling menonjol pada
Shakka lo itu adalah dia yang engga ngancingin dua kancing teratas seragamnya.
Dan soal headphone, dia baru pakai benda itu beberapa minggu belakangan. Hm..
dua minggu deh kira-kira.”
“Bajunya
juga ga pernah dimasukin ke celana,” tambah June,
mengingatkan ciri khas Shakka Orlando Padmaja.
“Itu
mah gue tau,” dengus Wyne. Setiap kali guru mendapati kemeja Shakka keluar,
cowok itu langsung memasukkan kemejanya di depan guru tersebut. Namun beberapa
menit kemudian kemejanya kembali seperti semula. Mengenai cara Shakka memakai
seragamnya ini Wyne janji akan menuliskannya di novel yang akan ia tulis.
Karena Shakka jadi lebih tampan dengan penampilannya itu. “Menurut lo, sekarang
perutnya Shakka udah ada roti sobeknya?”
“Ya
engga lah. Lo ga liat penampilan Shakka lo itu ga lebih dari anak Mama yang
manja?”
“Dan
kenapa dari tadi lo selalu nyebut dia sebagai Shakkanya gue? Dia Shakkanya
Bella, kalau lo lupa.”
June
memukul jidatnya sendiri. Wyne selalu menanyakan pertanyaan tidak penting dan
membuat June melupakan bagian paling penting yang ia temukan hari ini. Tentang
bagaimana Bella menyelinap ke ruang ganti anak laki-laki. Siang ini June yang
sudah sangat terbiasa dengan tugasnya memata-matai Shakka, bahkan terasa ada
yang kurang jika sehari saja ia tidak melakukan tugas konyolnya tersebut,
mendapati Bella mendekati ruang ganti milik anak laki-laki begitu kelas Shakka
berkumpul di kolam renang. Sumpah ya, minggu depan ia akan menghadapi Try Out
Ujian Nasional tingkat kota tapi June lebih merasa perlu untuk mengikuti Bella
dan gerak geriknya yang mencurigakan.
June
sengaja masuk beberapa detik setelah Bella memasuki ruang ganti tersebut
dan membiarkannya mencari tempat
bersembunyi. Selagi gadis cantik yang tinggi semampai itu bersembunyi, June pun
melakukan hal yang sama. Bedanya, June memastikan dari tempat persembunyiannya
itu, ia bisa melihat apa yang akan Bella lakukan.
Bella
tau bahwa jika ia ketahuan maka satu sekolah akan menertawakannya. Satu sekolah
pasti berpikir ia gadis mesum karena masuk ke ruang ganti anak laki-laki.
Barusan saat seseorang masuk tepat beberapa detik setelah ia masuk, Bella
merasa kakinya lemas seketika. Ia bersembunyi sampai orang itu keluar dengan
jantung yang berlari di tempat.
Di
kelas Shakka hanya ada sembilan belas anak laki-laki dan itu artinya Bella
tidak perlu memeriksa semua loker besi. Beberapa menit ia berkutat dengan
loker-loker itu sampai Bella menemukan seragam dengan name tag pujaan hatinya,
Shakka Orlando Padmaja. Ia segera mengambil ponsel pria itu dan memasukkan kode
yang sudah ia dapatkan dari dua minggu yang lalu. Untuk mendapatkan kombinasi
enam angka ini Bella menghabiskan tiga setengah minggu dan kemudian ia juga
harus menunggu dua minggu untuk bisa melakukan misinya hari ini. Dam begitu
ponsel canggih itu terbuka, gadis itu menganga. Belladiva Wicaksono tidak
percaya pada apa yang dilihatnya. Semua foto di galeri cowok ini hanya mengacu
pada satu objek. Semakin lama menggulir layar ponsel cerdas itu semakin
nafasnya memberat.
Shakka tidak punya banyak foto di instagramnya. Ia juga tidak memiliki akun
Facebook Baru beberapa minggu ini cowok itu membuat
akun Facebook tapi tidak ada satu pun video atau foto
yang dia unggah. Sepertinya akun Facebook
itu hanya digunakan untuk mendapatkan update
terbaru dari orang-orang yang dikenalnya saja. Dan Bella tidak puas. Ia tidak
bisa melihat Shakka setiap hari dan cowok itu pun tidak membiarkan Bella
melihatnya dari dunia maya. Itulah kenapa hari ini, Bella berada di sini.
Harapnya, ia bisa mendapatkan beberapa foto Shakka.
Semakin
lama menggulir layar, akhirnya Bella tau bahwa lukisan yang dijadikan wallpaper
cowok pemilik ponsel yang ada di tangannya ini adalah orang yang sama
dengan foto-foto itu.
“Siapa
cewek ini?” tanya Bella berpikir keras. Ia pernah melihatnya beberapa kali tapi
dimana? Sial bagi Bella karena ia berpikir terlalu lama.
Dalam
sepersekian detik, ponsel itu beralih ke pemiliknya. Shakka Orlando Padmaja
menatap nyalang pada siswi yang sejak awal sekolah selalu menjadi penyakit di
matanya, cewek ini selalu ada di sekitarnya sampai Shakka merasa begitu risih
bahkan rasanya ia rela mencongkel matanya sendiri agar tidak melihat cewek ini
lagi.
“Lo!”
Shakka tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena dirinya sendiri bahkan tidak
pernah menyangka bisa bertemu cewek ini di ruang ganti cowok. Dan mengintip isi
ponselnya pula. Siapa namanya? Cewek ini pernah memberitahukan namanya pada
Shakka tanpa diminta. Butuh beberapa detik sampai Shakka mengingat namanya.
Belladiva Wicaksono. Ya,
Belladiva Wicaksono benar-benar sesuatu. Entah apa yang ada pada Shakka sampai
dia tidak pernah mau dan tidak pernah berusaha untuk mengalihkan pandangannya
dari Shakka. Dan sekarang, Shakka tau bahwa ia yang tidak memakai atasan lah
yang membuat Belladiva tidak mengalihkan pandangannya.
“Jadi
tipe cewek lo yang model begitu? Rambut warna warni, pipi seperti kena tonjok
dan bibir-” ucapan Bella terhenti begitu cowok tampan yang ia sukai menonjok
loker yang tepat berada di samping wajahnya. Sesaat setelah ia melihat Shakka
mengayunkan lengannya dengan cepat, Bella langsung memejamkan kedua matanya.
Menanti pukulan Shakka bersarang di wajahnya.
“Bu-kan urus-an lo!” ucap Shakka
berbisik tak jauh dari pangkal telinga Bella. Jika tadi cewek ini tidak
memejamkan matanya saat Shakka hampir menonjoknya, cowok itu pasti tidak akan
sadar dengan apa yang mungkin akan ia lakukan. Cewek ini adalah
cewek paling sinting dan kesintingannya itu membuat Shakka
tidak bisa menahan dirinya meskipun ia sadar dengan fakta bahwa yang ia hadapi
adalah cewek. Shakka tidak pernah ingin menyakiti cewek karena dirinya punya
saudara perempuan. Tapi cewek sinting ini, yang Shakka ingat sekali bahwa dia berniat menghapus
foto Key dari ponselnya benar-benar tidak bisa ditoleransi. Tidak ingin
memperpanjang masalah atau semua orang akan mendapatinya berduaan dengan cewek
sinting itu, Shakka segera berbalik.
“Shakka!
Sampai kapan lo mau nyuekin gue?!” teriak bella
memenuhi ruang ganti yang hanya ada mereka berdua di dalamnya. “Lo ga liat gue?
Liat gue dan lihat lagi cewek warna warni lo itu! Apa lo harus dikasih tau dulu
siapa yang pintar dan siapa yang keliatan banget gobloknya?”
BRAKKK.
Mulut Bella tertutup bersamaan dengan pintu ruang
ganti yang menimbulkan suara memekakkan telinga. Ia menangis dan June
menyaksikan semua itu. Ada apa dengan semua orang dan Shakka Orlando Padmaja?
Saat adiknya mengumpulkan informasi seolah Shakka adalah hewan langka yang
hampir punah, Bella malah rela menangis untuknya.
“Lo
liat Bella nangis?” tanya Wyne lagi pada sang Abang. Tanpa bisa dicegah ia
langsung merasakan simpati pada Bella meskipun gadis itu memang salah sedari
awal. Siapa yang tidak akan marah saat seseorang memeriksa ponselnya? Khusus
untuk Bella, dia tidak hanya memeriksa ponsel Shakka tapi juga mengomentari
cewek warna-warni nya Shakka.
“Iye,
‘kan barusan gue cerita. Masa lo pengen gue ngulang lagi,” decak June sebal. Ia
paling tidak suka kalau harus mengulang ceritanya dua kali. Kalau bahasa June
nya mah : tidak ada siaran ulang.
“Shakka
yang ga pake baju itu beneran menjarain Bella di antara badannya sama loker?
Seberapa dekat jarak mereka, Jun? Terus lo liat ga Shakka ngapain aja pas dia
bisikin sesuatu ke Bella? Dia ga mainin anak rambut Bella atau nge-belai
wajahnya?” tanya Wyne lagi. Ia sudah tau akan menulis apa dan Wyne pun percaya
lama kelamaan Shakka pasti akan luluh. Wyne berdoa agar suatu hari nanti,
Shakka Orlando Padmaja jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada Belladiva Wicaksono.
“Lo
nyimak ga Wyn, pas gue cerita? Bella tuh nyaris kena tonjok.”
“Mungkin
lo ngeliatnya begitu soalnya lo liat dari sudut yang ga pas, Jun.”
“Wyn..”
“Jun..”
“Oke
oke.. terserah lo aja. Sesi kita udahan atau lo masih ada lagi yang mau
ditanya?”
“Oke,
pantau terus interaksi Shakka-Bella, ya?”
“Oke.”
June menyeret dirinya menjauh dari sang adik. Sebetulnya dia punya ulangan
besok tapi karena matanya sudah mengantuk, June akan menyerahkan hidup dan
matinya kepada Mail saja. Remedi sama-sama atau kalau Mail diberi rahmat oleh
Tuhan Yang Maha Esa, mereka berdua bisa mendapat nilai pas-pas KKM.
“Jun..”
“Apa
lagi, Wyne?”
“Cuci
muka sebelum tidur ya.. itu jerawat lo di pipi gue perhatiin makin gede aja.
Yang bersih dong, Jun..”


Tidak ada komentar:
Posting Komentar