Chapter 1
“Sst..”
June menoleh
pada teman baiknya. Mail
namanya dan mereka sudah berteman sejak keduanya sama-sama mengetahui bahwa
mereka menyukai gadis yang sama. Aneh? Tidak kalau kamu sama-sama berasal dari
golongan cowok tidak terlihat di satu sekolahan. Dan sama-sama tidak berniat
menyatakan perasaan karena penolakan itu nyata.
Mail
mengulurkan secarik kertas pada sang sahabat. Begini cara kerja persahabatan
mereka. Mail memberi June contekan dan June akan memberinya makan. Simple,
hidup tidak perlu susah-susah.
Melirik jam
tangan hadiah ulang tahun yang ia dapatkan lima tahun lalu, June kemudian
menggeleng pada sang sahabat. Sudah tidak ada waktu. Kalau ada satu hal saja
yang tidak ingin ia ingkari di dunia ini adalah janjinya pada Wyne Amelia.
“Permisi,
Bu,” ucap June sambil mengangkat satu tangannya. Secepat ia mendapatkan
perhatian dari pengawas ujian, June segera permisi ke toilet. Teman-temannya
yang sempat mengangkat kepala dari soal ujian ketika mendengar suaranya kembali
menekuni lembar tersebut. ‘Ya.. buletin yang bener,” cibirnya pada semua
orang.
“Selametin
tas gue ya, ‘Il” pinta June pada Mail dan tidak melirik lagi pada LJK (Lembar
Jawaban Komputer) di atas mejanya. Bagaimana ya mengatakannya? Mail terlihat
ingin berhenti menjadi temannya June. Tapi di saat yang bersamaan, dia terlihat
ingin berhenti menjadi dirinya sendiri hahahahah.
Parkiran Bina
Bangsa terlalu sepi saat June mengendap-endap sambil mendorong motornya keluar
dari area sekolah. Tidak perlu khawatir ketahuan karena jam segini satpam
sekolah mereka sudah ngorok.
“June!” pekik
seseorang ketika June tepat lewat di depan batang hidung satpam sekolah. Pria
paruh baya itu terperanjat dan seketika melotot melihat siapa yang ingin kabur
padahal ujian masih berlangsung. Hanya kelas dua belas saja yang sekolah hari
ini, sudah pasti dia salah satu peserta ujian, bukan?
Wyne bisa
membaca gerak mulut June dan tanpa diperintahkan untuk yang kedua kali ia
langsung berlari. Di belakang sana June juga melakukan hal yang sama.
“Hei, kembali
kamu!” teriak satpam pemalas itu dari gerbang sekolah.
“Bodoh, motor
lo ‘kan bisa nyala,” protes Wyne ketika June dan motornya sudah meninggalkan
Wyne jauh di belakang. Abang satu-satunya Wyne Amelia memang mempunyai badan
yang terlalu sehat dengan tenaga yang tidak perlu diragukan lagi, sayangnya
otak sang Abang suka tidak berfungsi.
“Oh, iya.”
June berhenti berlari seketika kemudian mengemasi napasnya yang berserakan.
Baru setelah ritme napasnya teratur, ia mengengkol motor ninjanya itu.
Beberapa
menit setelah berkendara dengan Wyne yang memeluk erat pinggangnya kini mereka
tiba di gedung Animedia. Penerbit mayor yang semua penulis ingin karya mereka
dilirik olehnya. Sedang tujuan kedua kakak-beradik itu ke mari adalah karena ia
harus menandatangani novel perdananya yang tiba-tiba meledak. Wine bahkan tidak
pernah berharap Shakka, My CEO, judul novelnya, akan bisa dicetak sampai
empat kali seperti sekarang. Ya ampun, ini benar-benar cetakan ke-empat loh.
“Bang,”
panggil Wine pada June. Tanpa menyuarakan pertanyaanya pun June langsung paham.
Cowok yang lebih tinggi darinya itu mengangguk tegas.
“Kalau memang
pembaca lo segitu penasaran sama Shakka. Untuk novel kedua lo, tulis
prekuelnya aja. Lo bisa jadi penulis erotis kalo nulis sekuel Shakka,
Wyn. Ingat betapa kagetnya Animedia waktu tau lo cuma siswi kelas sebelas?”
tanya June pada sang Adik.
Wyne
mengangguk cepat pertanda ia mengerti. Kata June begini, meski otak lo itu
emang udah tercemar sama bacaan-bacaan lo selama ini, yang penting jangan sampe
orang lain tau. Cukup Wyne, June dan Tuhan saja.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar