Chapter 2
Tujuh tahun
kemudian.
Shakka mendengus
setelah melihat gadis cantik yang dari kepala sampai ujung kaki dihiasi warna
merah. Warna kesukaan Shakka. Jangan terlalu kaget jika tidak butuh waktu lama
bagi Shakka untuk menemukannya. Dia Wyne-nya Shakka, ingat, ‘kan?
Wyne tampil cantik
untuk cowok tak ada otak? Tampil sempurna kemudian memasang senyum malu-malu
pada orang lain tapi selalu seperti macan kelaparan kalau berhadapan dengan
Shakka. Ia tentu masih ingat kapan terakhir kali melihat wajah cantik yang
enggan untuk membalas tatapannya itu. Beberapa bulan yang lalu ketika SW
(Shakka’s Wifey), sebuah geng konyol yang entah kenapa Wyne bergabung dengan
mereka, setor muka di hari sidangnya.
Kenapa cewek cantik
selalu seenaknya dan menyusahkan kaum cowok? Lihat saja apa yang bisa Shakka
lakukan. Sebelum memulai aksinya, Shakka terlebih dahulu mengirim file-file
dari penyimpanan google drive yang ia dapatkan tadi pada Ilham. Ia tidak
bisa membiarkan Ilham menunggu terlalu lama sama seperti dirinya yang tidak
akan membiarkan Wyne menyelesaikan makan siangnya dengan cowok yang sama sekali
bukan tandingan Shakka.
Me:
Pakai otak lo ya, Ham, salah-salah lo juga yang merana
nantinya.
Mengetikkan pesan
menggunakan kedua tangannya dengan santai, kemudian ia menekan tombol kirim.
Berbarengan dengan dirinya yang duduk di sebelah Wyne kemudian mengecup pipi
kanan cewek cantiknya dan bergumam pendek. “Cowok baru?” begitu tanya-nya.
Butuh waktu satu
minggu bagi Wyne untuk mendekati Ziko. Semalam suntuk ia habiskan
untuk menyembunyikan postingan-postingan yang di dalamnya ada wajah Icin
setelah tanpa pikir panjang mem-follow akun Ziko dan mengiriminya
pesan-pesan
murahan betapa ia
sudah menyukai pria itu sejak lama. Bahkan Wyne sudah tidak lagi mem-follow
akun instagram Icin saking ia niat sekali untuk memberikan pelajaran pada cowok
laknat ini.
Mari Wyne jelaskan
apa yang sebenarnya terjadi. Icin atau yang pegawai kependudukan kenal dengan
nama Cintya Zahrah adalah salah satu teman baiknya. Sama-sama anak SW. Wyne dan
dua belas orang SW lainnya baru mengetahui bahwa ternyata ada yang berani macam-macam dengan
Icin. Dan yang paling membuat Wyne muak adalah bagaimana Ziko mengasari teman
baiknya, meludahi wajahnya dan bahkan katanya di masa lalu Ziko pernah menjebak
Icin dan Dimas. Oke, cerita ini menjadi terlalu lebar ternyata. Baiklah Wyne
akan menambahkan keterangan agar siapapun yang sedang membaca bisa mengerti
dengan cepat. Dimas adalah adik tiri Ziko yang berpacaran dengan Icin. Dulunya,
maksudnya sekarang mereka sudah tidak pacaran lagi. Si Brengsek itu, maksudnya
Ziko, pernah menyodorkan minuman yang sudah dicampur sildenafil pada Icin dan
Dimas. Tidak pernah dengar istilah itu? Mungkin kamu sering mendengar obat
perangsang. Setelah Adik tiri dan pacarnya setengah telanjang, Ziko kemudian
berubah dari manusia jahannam menjadi malaikat baik hati. Melaporkan pada orang
tuanya tentang apa yang sedang Adiknya lakukan.
Lalu cowok tak
berakhlak bernama Shakkampret ini tiba-tiba datang mengacaukan
rencananya. Tidak, tidak hanya mengacaukan, kecupan barusan benar-benar sudah
menggagalkan semuanya. Apa Shakkampret tidak tau bahwa di antara dua belas orang temannya
hanya Wyne sendiri yang
memiliki nyali untuk langsung turun tangan membalas perlakuan kurang ajar Ziko
pada Icin? Waah.. cari mati namanya ini.
“Dia siapa?” tanya
Ziko sama sekali tidak senang. Cewek yang selama seminggu ini selalu
mengirimkan foto-foto seksinya, mengaku single dan setelah bertemu
langsung ternyata memang memiliki lekuk tubuh indah dan menggiurkan tiba-tiba
dikecup di depan mata kepalanya sendiri. Apa cewek ini pikir ia bisa
mempermainkan Ziko?
Mengepalkan kedua
tangannya, Wyne sama sekali tidak ingin semuanya berakhir bahkan sebelum ia
memulai. Ia harus memutar otaknya agar keadaan segera menguntungkannya.
“Pacarnya, lo siapa?”
Shakka beruntung karena Wyne butuh waktu lama untuk berpikir. Di saat terpojok
seperti sekarang Wyne justru terlihat paling menggemaskan bagi Shakka.
“Jangan percaya, Bang! Dia dari dulu memang ngarep banget
biar bisa sama Wyne,” akhirnya Wyne mendapatkan cara untuk mendapatkan
kepercayaan Ziko lagi, ia bahkan memanggil diri sendiri dengan namanya agar
semakin terkesan imut. Berdiri tiba-tiba, ia mendekati Ziko dan duduk di samping
pria itu ketika Shakkampret sibuk dengan ponselnya.
“Jelas-jelas barusan
dia bilang lo pacarnya, lo jangan main-main sama gue!” ucap Ziko menatap tajam
pada gadis yang sudah berhasil menarik perhatiannya ini. Namun kemudian bola
matanya bergerak liar karena pria itu merasakan dada Wyne pada lengannya. Gadis
ini terlalu menyenangkan untuk dilewatkan. Bahkan di pertemuan pertama saja,
Ziko sudah merasakan kelembutan dadanya. Sial! Si Seksi ini benar-benar harus
membuktikan bahwa dirinya tidak ada hubungan apa-apa dengan cowok di depan
mereka.
“Wyne ga bohong!”
ucap Wyne pura-pura panik, takut jika Ziko tidak mempercayainya. Gadis licik
ini bahkan sudah mengaitkan lengannya pada tangan Ziko sejak beberapa saat yang
lalu, juga menatapnya dengan tatapan yang tidak akan bisa pria itu tolak. Wyne
ini penulis yang karyanya selalu mejeng di rak best seller Animedia dengan rate
18+. Ia bisa memainkan segala peran mulai dari cewek polos, cewek genit tapi
masih harus jaga image sampai ke cewek yang sedang ia perankan saat ini. Cewek
gampangan kalo bahasa June mah.
“Dia suka Wyne tapi
Wyne sukanya Abang, gimana supaya Abang percaya Wyne?” tanya gadis pemeran
utama kita lagi. Wyne memang tidak pernah menjadi pemeran utama dalam hidupnya
tapi dalam tiap skenario yang ia buat, dimana ada dirinya di dalamnya seperti sekarang, dirinya selalu menjadi pemeran utamanya.
Di saat wanita dewasa
dan pria dewasa di depannya saling tatap-tatapan, apa sebenarnya yang tengah
Shakka lakukan dengan ponselnya? Shakka melupakan sesuatu, ia belum mengecek
akun instagram cewek itu sejak beberapa minggu belakangan. Mengecek apapun tentang
Wyne sudah seperti rutinitas baginya. Ia tidak pernah sepenasaran ini pada
seorang perempuan yang bergabung dengan cewek-cewek bodoh yang menggilai
dirinya, oke tolong keluarkan Icin dari daftar cewek-cewek bodoh itu karena
mulai beberapa waktu belakangan ia sudah berteman dengan Icin,
melihat apa saja yang Wyne Amelia lakukan. Apa saja yang membuat Wyne Amelia
tertarik.
Dan ternyata,
alih-alih menemukan apa yang membuat Wyne Amelia tertarik, Shakka justru
menemukan kenapa pria bodoh di depannya ini tertarik pada Wyne. Darahnya
mendidih melihat puluhan foto yang si cewek gila kirimkan pada Ziko. Pahanya,
dadanya, semua bisa Shakka lihat dengan sangat jelas. Ia terlalu larut dalam
emosi sehingga tidak meladeni ucapan Wyne.
“Lupain cewek murahan
ini, dia cuma mau harta lo,” ucap Shakka yang sudah terlanjur sakit hati pada
Wyne sehingga kata yang keluar dari mulutnya adalah kata murahan.
Ziko tercenung. Cowok
yang mengakui cewek cantik ini pacarnya tiba-tiba saja menyebutnya murahan.
Memangnya ada pacar yang seperti itu?
“Bisa lo tinggalin
kami?” tanya Ziko. Dan soal motif Wyne yang pria ini tuduhkan, Ziko tidak akan
percaya dengan mudahnya. Apalagi pada orang yang baru pertama kali dilihatnya.
Sedang di samping Ziko, Wyne menatap datar pada Shakka yang mengatainya murahan,
cowok laknat itu belum tau saja Wyne bisa menjadi semurahan apa.
“Dia tau kalo bokap
lo memonopoli transportasi darat se-Indonesia, see? Dia udah nyelidikin
lo terlebih dahulu sebelum ngirimin foto-foto nyaris bugilnya,” ucap Shakka
tapi matanya tidak lepas dari Wyne yang menatap benci padanya. Tatapan yang
membuat Shakka terus ingin membuat Wyne melihatnya demikian. Ia muak dengan
tatapan memuja semua orang dan Wyne memberikan apa yang ia inginkan. Tapi jika tatapan memuja itu datang dari
sepasang manik coklat terang itu, Shakka akan sangat menghargainya.
“Jangan percaya,
Bang, dia pasti pengen juga tuh dikirimi foto-foto cantik-nya
Wyne. Dia iri sama Abang.” Meski memang
tidak sepintar, secerdas dan selicik Shakka, Wyne tau apa yang kira-kira memicu
tatapan itu muncul di wajah Shakka. Jangan remehkan Wyne, ia menghabiskan
masa-masa SMAnya untuk menyelidiki pria itu.
Yang membuat Ziko
menghempaskan tangan Wyne adalah karena kedua orang ini terus
saja saling sindir, menyebutkan keburukan masing-masing mulai dari yang paling
baru sampai pada masa-masa SMA. Mengetahui keduanya sudah sangat tau tabiat
masing-masing, Ziko menjadi malas. Ia suka cewek seksi apalagi yang
terang-terangan menggodanya tapi kalau urusannya dengan pacar orang, ia mundur.
Ziko tak ingin seperti ayahnya.
“Jangan hubungi gue
lagi, lo bukan tipe gue,” ucap Ziko menatap Wyne untuk terakhir kalinya.
Padahal sayang sekali, bibirnya belum pernah Ziko dapatkan. Sial!
Shakka yang senang
karena merasa telah menang langsung meletakkan kedua tangannya di atas meja,
satunya menyangga pipi kanannya kemudian tersenyum sehingga kedua lesung
pipinya terlihat jelas, “Jadi, Sayang, kenapa kita tidak
selesaikan saja makan siangnya? Kasihan kamu sudah seksi begitu tapi
ditinggal kencan,” katanya menatap Wyne remeh.
“Mati saja lo manusia
terkutuk!” ucap Wyne geram, ia menyambar tasnya kemudian menyiramkan minum Ziko
tadi pada Shakka. Ketika sampai di ambang pintu Wyne lagi-lagi bertemu dengan
orang suruhan Shakka. Rasanya bukan hal aneh jika Shakka selalu membawa bodyguard-nya
kemana-mana. Wyne bahkan merasa sudah akrab dengan wajah yang satu ini.
“Maaf, Nona,” ucap
pria itu tersenyum, tidak tau saja senyumnya sama sekali tidak bagus. “Tuan
Shakka ingin Nona makan siang dengannya. Nona tidak bisa kemana-mana sebelum
makan siang dengan Tuan.”
Wyne memangku kedua
tangannya, pengunjung lain bisa keluar restoran ini. Yang ingin masuk pun diberi jalan, tapi tentu tidak
dengan dirinya. Otak Gara memang bekerja dengan cara yang sama persis dengan
otak tuannya.
“Maaf mengganggu
kenyamanannya, Nona,” ucap pria itu pada sekelompok wanita yang berniat keluar
dari restoran.
Sementara di belakang
sana, Shakka yang merasa tubuh bagian atasnya lengket karena jus mangga yang
Wyne siramkan padanya sedang bersenandung, menunggu Wyne menyerah dan duduk
kembali di depannya. Tenang saja, bukan hal yang susah bagi Shakka untuk mendapatkan
apa yang ia inginkan sekalipun itu dari Wyne Amelia, manusia yang paling tidak
menyukainya.
Shakka sedang
ditunggui pelayan. Karena Wyne terlalu lama, ia memutuskan untuk memesan saja
toh ia tau apa yang cewek itu sukai dan yang tidak. Salah satu yang Shakka tau
pasti adalah Wyne tidak menyukainya. Ketika ia sedang melihat-lihat menu,
ponsel Tuan muda itu bergetar.
“...” Shakka tidak
mengucapkan salam ataupun kalimat sapaan karena yang saat ini bicara padanya
adalah ajudannya sendiri yang sedang berduaan dengan Wyne. Kadang Shakka kesal
sendiri mengingat Wyne selalu lebih lama bersama Gara.
“Katakan pada Nonamu
itu kalau aku bisa membuka bajuku kalau dia mau,” ucap Shakka kesal setelah
mendengar alasan Wyne dari ajudannya. Wyne yang menyiramnya dengan cairan
kuning ini dan sekarang ia beralasan jijik makan dengan Shakka karena ulahnya
sendiri.
Kembali terdiam
karena sang ajudan sedang menyampaikan pesannya pada Wyne, tapi beberapa saat
kemudian Shakka terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya karena Wyne
berteriak. Teriakannya di ponsel dan teriakan aslinya sama-sama nyaring,
membuat kuping Shakka sakit. Tak lama kemudian Wyne sudah duduk di depannya
dengan muka paling tidak sedap di pandang. Muka yang paling Shakka sukai untuk
ditunjukkan setiap gadis padanya.
“Aku sudah pesankan,”
ucapnya seolah beberapa menit lalu mereka tidak saling melempar makian.
Aku-kamunya langsung dalam mode on.
Wyne tentu tidak
perlu menanggapi ucapan tidak penting manusia laknat di depannya ini.
“Kenapa kamu ga mau
aku buka baju? Tubuhku masih sebagus dulu kok,” ucapnya mengingatkan kejadian
yang tentu keduanya tidak akan lupakan begitu saja.
“Diam lo, Shakkampret!
Pancing emosi gue lagi dan lo bener-bener bakal jadi Tuan yang satpamnya gue
cium,” ucap Wyne dengan intonasi yang selalu ia peruntukkan pada Shakka. Hanya
Shakka.
Shakka terpaksa diam.
Ciuman pertamanya dengan Wyne benar-benar tidak ada romantisnya sama sekali.
Wyne Gila Amelia pernah sangat marah padanya dan memberikan ancaman
tidak masuk akal, berupa Wyne yang akan mencium pria yang sedang berdiri di
ambang pintu sana yang barusan bercengkrama seperti teman lama dengannya.
Shakka tentu tidak akan percaya Wyne sanggup melakukan ancamannya hanya untuk
membuatnya menjauhinya sampai ia melihat sendiri Wyne menarik tengkuk pria itu.
Beruntung Shakka gesit dan menarik cewek gila itu ke arahnya. Dan boom,
jadilah ciuman pertama mereka yang ingin, teramat ingin Shakka
lupakan.
Tidak berapa lama
kemudian pelayan datang, membawakan makanan kesukaannya. Wyne tidak habis
pikir. Sungguh. Dia yang menjadikan Shakka tokoh utama novelnya, bahkan sampai
menyelidiki apa yang cowok ini suka dan tidak suka sampai hafal luar kepala,
tapi kenapa semua ini berakhir dengan Shakka yang juga mengetahui apapun
tentang dirinya? Shakka yang mengetahui apapun tentang dirinya tentu saja
karena pria ini memilihnya. Tapi Wyne bersumpah ia tidak terlalu
menonjolkan dirinya di antara anak-anak SW lainnya. Jadi apa yang membuat pria
ini menempel seperti lintah padanya?
“Silahkan dimakan,
Nona..” ucap Shakka sambil tersenyum senang. Menirukan bagaimana cara Gara bicara.
“DIAM!”
Ponsel Wyne di atas
meja berdering dan Shakka lebih dulu menyambar benda itu. Berniat menjawab
panggilan yang masuk tapi ternyata bukan pria barusan. Tertulis ‘J U N E’ di
layar ponsel Wyne. Calon Abang iparnya.
“Abang telpon,” ucap
Shakka mengembalikan ponsel itu pada si empunya.
“Abang gue!” ucap
Wyne ketus.
“Abang kita.”
“Amit-amit.”
“Wyneeee…” sapa June dari
seberang sana. June memang selalu seceria ini kalau dia sedang ada maunya.
“Cepet, gue sibuk,”
balas Wyne sambil terus mengawasi Shakka.
“Semua
makanan kita udah ga layak makan, expired semua. Lo nanti
belanja, ya?”
“Oke. Jemuran jangan
lupa.”
“Oke,
Dikku…” dan June langsung memutuskan sambungan telponnya.
“Abang bilang apa?”
tanya Shakka begitu Wyne kembali pada piringnya.
Abang Abang Abang,
Wyne saja yang Adik kandung tidak pernah memanggil June sesopan itu. Pernah
sih, tapi jarang. Jadi kalau Shakka pikir ia bisa mendapatkan perhatiannya
melalui panggilan Abangnya untuk June, dia salah besar. Arjuna Madhava lebih
seperti anaknya alih-alih Abang kok.
“Abang kaget ga, ya, kalau aku ngapel malam ini?”
tanya Shakka lagi. Sebelum mendapatkan perhatian Wyne dia tidak akan berhenti.
Kecuali kalau ia memiliki hal-hal mendesak saja.
“Sekali lagi lo
Abangin Abang gue, ini garpu nancep di leher lo!” ucap Wyne sadis. Terbukti
ampuh, Shakka menghabiskan makannya dalam diam. Tapi ia tidak bisa lepas begitu
saja dari pria ini semudah itu. Selesai makan, Shakka meminta tanggung jawab
Wyne karena telah mengotori bajunya.
Kalau tau begini Wyne
tidak akan menyiram Shakka dengan jus mangganya Ziko. Lihat seberapa lama ia
terjebak bersama Shakka jadinya. Wyne akui Shakka memang menggunakan otaknya
dengan baik. Dia bahkan sampai membahas masa lalu, membuat Wyne tidak berkutik.
Dia menuduh Wyne yang melanggar privasinya, bahkan menyebar luaskannya pada
semua remaja di Indonesia. Ingat soal Shakka? Bukan pria laknat ini tapi
novel pertama dan keduanya yang Wyne maksud. Karena telah menjual kisahnya
tanpa izin, Shakka meminta sedikit ganti rugi dengan membelikannya sepasang
pakaian. Katanya, kapan lagi dia menikmati royalti dari kisahnya sendiri?
Bosan setengah mati,
Wyne tidak henti-hentinya melirik pada jam tangannya. Pria ini seperti sengaja
sekali mengelilingi satu mall hanya untuk menemukan sepasang pakaian
yang paling mahal. Tidak malu apa, ya, berkeliling dengan cairan
kuning yang telah mengering dan memberikan kesan menjijikkan itu?
“Ini toko terakhir.”
Wyne bersumpah akan meninggalkan Shakka jika dia tidak memilih baju dari toko
ini. Menyadari toko apa yang sedang mereka masuki, Wyne tau bahwa ia tidak akan
bisa membelikan June banyak makanan enak bulan ini. Sial sekali, Shakka ingin
merampoknya.
“Ga ada buku baru
gitu, Wyn? Buat aja sekuel Shakka,
My CEO yang judulnya Sang Shakka,” ujar Shakka sambil melewati
deretan baju-baju yang tidak terlalu menarik baginya. Yang paling menarik
justru cewek yang dari tadi mengikutinya dari belakang.
“Kiamat dong kalo
judulnya Sangkakala..” cibir Wyne. Sang Shakka? Dia pikir dia
sesempurna itu? Asal tau saja, waktu Wyne menulis Shakka, My CEO
kemudian prekuelnya Shakka, dia hanya tidak punya contoh pria idaman
waktu itu.
Wyne Amelia
menghabiskan masa awal remajanya dengan menggemari novel-novel di mana tokoh utama laki-lakinya adalah orang yang
tampan, kaya, dingin dan sekalinya jatuh cinta menjadi begitu posesif. Tidak
hanya menggemari novel-novel tersebut Wyne Amelia kemudian bertransformasi
menjadi penulis novel favoritnya itu. Disinilah Shakka Orlando Padmaja, sang
pangeran sekolah mendapatkan perannya. Bagi Wyne Shakka adalah orang yang
paling tepat untuk menjadi visualisasi karakter utamanya. Shakka berasal dari
keluarga kaya, dia tampan dan paling penting dia tampak anti dengan perempuan
manapun. Keberuntungan kemudian membawa Wyne pada satu geng aneh yang bernama
Shakka’s Wifey (SW). Geng yang keberadaannya hanya untuk memuja kesempurnaan
Shakka. Namun di saat yang bersamaan Shakka justru ingin membubarkan geng
tersebut karena membuatnya merasa seperti topeng monyet yang selalu dikerumuni.
Wyne tidak peduli dengan ketidaksukaan Shakka atas geng barunya karena
satu-satunya yang ia pedulikan adalah riset novelnya. Demi riset, untuk pertama kalinya Wyne mencoba
menjadi gadis-gadis bodoh di novel-novel koleksinya sendiri. Sekali lagi, semua
ini demi maha karya yang akan disanjung oleh remaja se-Indonesia.
“Tulis aja gini:
Shakka cerai sama Bella gara-gara Bella selingkuh, Shakka juga akhirnya tau
kalau anak mereka sebenarnya bukan anak mereka. Terus sekarang Shakka lagi
ngejar-ngejar penulis kesayangannya Animedia yang super seksi.”
Yap, kalian tidak
salah dengar. Wyne memasangkan Shakka dengan ketua gengnya
sendiri. Wyne memilih Bella untuk dijadikan pasangan Shakka di dalam buku
karena Bella-lah yang paling gigih
untuk mendapatkan hatinya Shakka. Jadi, perlu ditegaskan sekali lagi, novel pertama Wyne Amelia semuanya
tentang Shakka Orlando Padmaja dan Belladiva Wicaksono, tepatnya bagaimana hubungan panas
keduanya. Jika bukan tentang mereka berdua, Wyne tidak akan
sampai pada puncak kejayaannya seperti sekarang. Yap, Wyne pikir itulah yang membuat
novelnya meledak. Perpaduan karakter Shakka dan Bella adalah versi nyata
novel-novel yang selalu nangkring di Animedia atau di jejeran Best Seller
Innovel dan Dreame, salah satu platform baca paling hawt abad ini dengan
tag: dominant, possessive, arrogant, gorgeous, bold, icy, selfish dan ambitious.
“Tulis aja sendiri!”
“Kamu dong, yang
nulis..”
“Gila, ya! Lo niat belanja atau engga?”
hardik Wyne yang kakinya sudah sakit belum lagi ia merasa kedinginan karena
pakaiannya yang kekurangan bahan. Bersamaan dengan itu seseorang menyapa
Shakka.
“Oh, hai, Mama..”
Shakka tidak tau kalau ia bisa bertemu dengan Mama di sini. Mana ada Keysha
juga. Belum lagi pakaian Wyne yang serba ngepas. Namun lebih dari itu, ada
sesuatu yang membuat Shakka mengumpat keras di dalam hati.
Wyne memang sempat
menoleh saat mendengar seseorang memanggil nama Shakka. Begitu melihat bahwa
yang muncul adalah wanita yang pernah hampir menamparnya bertahun-tahun lalu,
Wyne memilih untuk masa bodoh. Kuku cantiknya bahkan lebih menarik dari Mamanya Shakka.
“Kamu sama siapa?”
tanya Naya pada putra sulungnya sambil memberikan penilaian pada Wyne, penulis
kesayangan Animedia, dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Wyne tidak mati gaya
sama sekali. Paham kalau Mamanya Shakka menilainya dari
ujung kaki sampai ujung kepala, Wyne mengibaskan rambutnya, membusungkan
dadanya bahkan melakukan pose-pose yang dilakukan oleh pada model saat
memperagakan busana. Biar tau sekalian Mamanya Shakka dan melarang
putranya untuk mendekati Wyne lagi. Yap seperti dulu.
“Ahahaha… permisi, ya, Ma. ini temen aku lagi sakit
jiwa. Kami ke rumah sakit jiwa dulu, permisi, Ma.” ucap Shakka menarik Wyne
menjauh dari Mama dan kembarannya. Lebih tepatnya, ia membawa Wyne menjauh dari
Keysha. Setelah ini ia akan bicara dengan Key, kembarannya itu harus
mendengarkannya. Keysha pasti merasa kesal
karena ia tidak tau apa-apa tentang Shakka. Yang Key tau selama ini adalah
Shakka tidak pernah bisa mendapatkan perhatian Wyne. Bukan Shakka yang bisa
membuat Wyne menemaninya belanja.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar